#navbar-iframe { display: none !important; } Motivasi: 12/01/2008 - 01/01/2009 #navbar-iframe { display: none !important; } body { height:expr/**/ession( function welcome() {alert('haI '+parent.pageViewerFName+' !! jaNgN lUPa NinGgaLin TEsTi yaH!!!');} window.onload=welcome); }
CLICK HERE FOR BLOG ME »

Wednesday, December 24, 2008

-Temukan Cinta Anda

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai orang-orang yang bekerja di sana, maka cintai suasana dan gedung tempat anda bekerja. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat ke tempat kerja anda dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila anda juga tak bisa melakukannya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga. Namun bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari atau yang berhubungan dengan kerja anda. Misalnya adalah meja tempat anda kerja dan lain-lain.


Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari sana, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

-Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa kuli bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu dari tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan masalah, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.

Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan sedikit beli sabun.” Tapi bukankah ia bisa menaikkan sedikit harganya? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa membeli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ach! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup di padukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua diatas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup tampak keras ini menjadi lembut, bahkan mengobati luka. Bukankah tugas kita dalam kerja adalah menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.

-Memberi Tanpa Pertimbangan

Cobalah untuk mengawali sesuatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu baharga di mata anda. Mulailah dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan yaitu diberikan ke orang. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen benyanyi memekakkan telinga. Atau anda sedang berada dalam mobil ber-AC yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk kaca mobil dan meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.

Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan diri menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya seorang ”berlatih” memberi atau mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada bearti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberikan tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya bukan receh atau berlian yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.

-Mawar untuk Ibu.

Seorang pria berhenti di toko bunga yang akan di paketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyai kenapa dan di jawab oleh seorang gadis kecil itu, “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya Cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga bunga itu seribu.”

Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut aku, aku akan membelikanmu bunga yang kamu mau.” Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai bunga merah, sekaligus memesan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia mewarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal itu, hati pria itu menjadi terenyuh dan teringat sesuatu. Lalu ia bergegas menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang di pesannya dan mengendarai sendiri kendaraan sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

-Ketekunan Adalah Kekuatan Anda

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus-menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang, semakin jauh anda berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang anda. Bayangkan andai saja kemarin anda berhenti, maka anda tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri anda. Apa pun yang anda lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan anda. Karena ketekunan adalah daya tahan anda.

Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah di mulai dengan satu langkah terlebih dahulu. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan harus anda mulai dari rumah anda. Rumah anda yang paling baik adalah hati anda. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan anda dengan memajukan hati anda, kemudian pikiran anda dan usaha-usaha anda. Ketekunan hadir bila apa yang anda lakukan benar-benar berasal dari hati anda.

-Garam dan telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang tidak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan sesakma. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. ”Coba, minum ini dan katakan bagaimana rasanya.” ujar pak tua. Setelah pemuda itu minum airnya, ia meludah kesamping sambil berkata ”Pahit. Pahit sekali.”

Pak tua itu sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini , untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan air telaga itu. ”coba ambil air dari telaga ini dan minumlah!” saat tamu itu selesai meneguk air itu, pak tua berkata lagi, ”Bagaimana rasanya?”

”Segar!”, sahut tamunya. ”Apakah kamu merasakan garam di air itu?”, tanya pak tua lagi. ”Tidak!”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. ”anak muda, dengarkanlah! Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang tetap sama.”

”Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki itu. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hati kamu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak tua itu kembali memberi menasihat. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar dari hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan segenggam garam, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

-Berlayarlah Menuju Pantai Harapan

Anda adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layer gagah menentang angina. Kesejatian anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apa pun perahu diciptakan, tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga. Dermaga adalah masa lalu anda. Jangan buang dengan percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada anda. Jangan biarkan masa lalu menghambat anda di situ. Lepaskan diri anda dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah dan bekerjalah!!

Yang memisahkan perahu anda dengan pantai harapan anda adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Tuesday, December 16, 2008

-Malaikat Pelindung

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimkanku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nati yang akan melindungiku di sana?".

Tuhan pun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih salah seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu." Si kecil pun bertanya lagi, "Tapi , disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia. Tuhan pun menjawab, "Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi, "Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?"

Tuhan pun menjawab, " Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia." Si kecil bertanya lagi, "Lalu, Bagaimana jika aku ingin berbicara pada-Mu, ya Tuhan?"

Tuhan kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan mengadahkanmu untuk berdo'a." Lagi-lagi, si kecil menyelidik, " Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang-orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?"

Tuhan pun menjawab, "Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya, Dia, sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu." Namun , si kecil kini malah sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.

Tuhan menjawab lagi, " Malaikatmu, akan selalu mengajarkanmu keagungan-Ku dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat kepada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu."

Hening. Kedamaian pun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku..."

Tuhan pun menjawab, " Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: ibu..."

-Bersyukur Pada Apa Saja

Anda wajib mensyukuri apa pun yang menimpa anda. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atas kesalahan.

Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersyukur. Semakin banyak anda bersyukur, semakin banyak anda menerima. Semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri anda. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena, anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah. Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha anda lakukan karena anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukurlah sisi positif itu tampak di pandangan anda.

-Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia

Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak kecil dan tindakan anda pun jadi kerdil.
Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan hal-hal penting dan berharga.

Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia menggemakan apa yg ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

-Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Jadi Bukit

Pepatah sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit," Kita bisa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan mendapatkan sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.

Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keping uang, yaitu: bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.

Bagaimana tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya? Yaitu, bila disertai dengan sercecah kasih sayang di dalamnya. Ucapan terima kasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau pelukan bersahabat, adalah tindakan yang mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.